jam sapa ya

Jumat, 30 Oktober 2009

KESEPIAN

apabila ku kesepian, hiburlahku dengan suaramu....
apabila ku sakit, obatilah ku dengan kasih sayangmu....
apabila aku mati, mandikanlah ku dengan air matamu....
dan apabila ku terkubur, maka kuburlah aku dalam hatimu....

MENGENALMU

ku mengenalmu bukan lewat mata....
ku mencintaimu bukan lewat mulut...
ku menyayangimu bukan dari omongan semata yang bisa punah kapan saja...
tapi ku mengenalmu, mencintaimu, menyayangimu lewat hati yang tulus yang takkan pernah berbohong....
karena dalam hatiku hanya ada satu nama yang tersimpan yaitu namamu....

Ledakan Bone Adalah Asteroid Jatuh

SHUTTERSTOCK
Ilustrasi meteor ketika menuju bumi.
SELASA, 27 OKTOBER 2009 | 16:06 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Pakar astronomi mengungkapkan bahwa ledakan besar yang terjadi di perairan Teluk Bone pada 8 Oktober 2009 lalu adalah akibat jatuhnya meteorit yang berasal dari asteroid berdiameter sekitar 10 meter ke bumi.

"Ledakan terjadi karena tekanan atmosfer menyebabkan pelepasan energi yang cukup besar, di mana kecepatan jatuh meteorit tersebut sekitar 20,3 km per detik atau 73.080 km per jam," kata pakar astronomi dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Dr Thomas Djamaluddin di Jakarta, Selasa (27/10).

Sistem pemantau internasional untuk larangan percobaan nuklir dari 11 stasiun, ujarnya, melaporkan telah mendeteksi adanya ledakan besar yang berpusat di sekitar lintang 4,5 LS dan bujur 120 BT, sekitar pukul 11.00 Wita pada 8 Oktober. Analisis ledakan menunjukkan bahwa kekuatan ledakan sekitar 50 kiloton TNT (trinitrotoluena) dan sinyal ledakan tersebut juga mencapai stratosfer yang tingginya lebih dari 20 km.

Kebanyakan asteroid yang jatuh tidak menyebabkan kerusakan di bumi, kecuali diameternya mencapai lebih dari 25 meter. Dikatakan Djamal, berdasarkan perkiraan sebaran meteoroid-asteroid di antariksa dekat bumi, obyek seperti itu punya kemungkinan jatuh di bumi setiap 2 sampai 12 tahun.

Pada Kamis (8/10), warga Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, dikejutkan dengan adanya suara ledakan di mana sejumlah saksi mata sempat melihat benda memancarkan api dan asap di udara.

Namun, informasi yang beredar simpang siur, kebanyakan mengira ledakan itu merupakan ledakan pesawat jet tempur Sukhoi yang sedang melakukan latihan dari markasnya di Skuadron Udara 11 Pangkalan Udara Sultan Hassanuddin, Makassar.

Sedangkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) IV Makassar sempat mengaku telah terjadi gempa kecil sebesar 1,9 skala Richter (SR) di permukaan di perbatasan Kabupaten Bone dan Wajo, di mana di wilayah tersebut terdapat Patahan Sa`dang.

Warga lainnya menyebutkan, ledakan yang sempat menimbulkan getaran di darat tersebut disebabkan aksi bom ikan yang dilakukan nelayan setempat, tetapi ada pula warga yang telah menduga bahwa benda tersebut adalah meteorit.

Prediksi Gempa di Jakarta

Adhi Kusumaputra/KOMPAS
Gedung-gedung tinggi di Jakarta.
SABTU, 24 OKTOBER 2009 | 08:00 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan, informasi yang beredar melalui SMS bahwa akan terjadi gempa bumi dengan kekuatan 8-8,5 SR pada hari Sabtu (24/10) di Jakarta karena adanya pergerakan lempeng ke arah Jakarta adalah tidak benar. Selama ini, BMKG juga belum pernah mengeluarkan prediksi semacam itu.

"Berita itu tidak benar, dan BMKG tidak pernah membuat berita seperti itu. Berita itu hanya isu dan membohongi masyarakat karena isu tidak mempunyai dasar ilmiah yang jelas. Perlu diketahui bahwa sampai saat ini gempa bumi tektonik belum bisa diprediksi secara ilmiah dengan baik. Bila gempa memang dapat diprediksi maka Gempa Tasikmalaya dan Gempa Sumbar semestinya sudah terprediksi sebelum terjadi, tetapi ternyata tidak. Dari sekian kali isu akan terjadi gempa, tidak satu pun yang terbukti. Oleh karenanya, isu-isu selanjutnya tidak perlu dihiraukan," demikian pernyataan resmi dari BMKG yang dikeluarkan Dr Sri Woro B Harijono, MSc, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika dalam situs resmi BMKG.

BMKG menyatakan, prediksi gempa bumi masih dalam taraf penelitian. Parameter prediksi adalah lokasi, besarnya, dan waktunya. Perkiraan lokasi dan besarnya gempa dapat saja dilakukan, tetapi tantangan yang paling sulit adalah menjawab kapan gempa tersebut terjadi.

Prediksi gempa baru bisa dilakukan berdasarkan sejarah gempa dengan dihitung probabilitasnya. Berdasarkan monitoring tanda-tanda pendahuluan (precursor) gempa bumi besar, secara fisika bisa kita ungkapkan bahwa apabila materi mengalami stres maka beberapa sifat materi tersebut mengalami perubahan yang dapat dimonitor, seperti kepadatan, kandungan air, kandungan elektron, sifat kemagnetan, dan sifat radio aktif.

Di daerah pertemuan lempeng tektonik terjadi akumulasi stres akibat tekanan pergerakan lempeng tektonik. Maka, bisa dilakukan monitoring perubahan gravitasi, elektron, kemagnetan, tinggi air tanah, radon (radio aktif), seismik, dan lain-lain.

Sampai saat ini yang dapat dibuktikan adalah, setelah gempa besar maka hasil monitoring sebelum terjadi gempa dikaji lagi. Hasilnya memang ada beberapa tanda yang menunjukkan gejala anomali tertentu. Namun, belum dapat disimpulkan bahwa tanda tersebut menandakan gempa akan terjadi karena tanda tersebut sering juga muncul tanda tanpa disertai adanya gempa besar. Hal ini membuktikan bahwa prediksi gempa belum konsisten secara ilmiah dan belum dapat dikatakan sebagai teknologi yang dapat dipakai.

China sudah mengoperasikan sistem prediksi gempa dengan memakai bermacam sensor, seperti global positioning system (GPS), gravitasi, magnet, radon, termasuk gejala tingkah laku binatang. Hasilnya memang beberapa kali sukses, tetapi lebih sering gagal memprediksi gempa besar.